Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) termasuk suku zingiberaceae. Tumbuhan ini berasal dari kawasan Indo-Malaysia dan telah tersebar di seluruh nusantara. Tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alang-alang, ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada ketinggian tempat 5 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut.
Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang. Temulawak merupakan salah satu dari sembilan jenis tanaman unggulan dari ditjen POM yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat.
Menurut Moelyono (2007) temulawak dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit tertentu atau digunakan sebagai penguat daya tahan tubuh (Muhamed et al., 2014). Sari temulawak terkenal sebagai obat untuk mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan. Di samping itu rimpang temulawak dapat digunakan sebagai stimulansia (tonik), sehingga banyak dimanfaatkan sebagai jamu yang berkhasiat untuk memulihkan nafsu makan dan sebagai obat penambah darah. Bertambahnya nafsu makan dapat meningkatkan stamina tubuh karena asupan makanan dan energinya cukup (Dorland, 2002).
Sel darah putih atau leukosit merupakan salah satu sel darah yang bergerak paling aktif dari sistem pertahanan tubuh (Joe et al., 2004). Sel darah putih ini mampu melawan agen infeksius maupun bahan yang bersifat toksik yang masuk ke dalam tubuh.
Pada temulawak terdapat suatu senyawa utamanya, yaitu senyawa berwarna kuning golongan kurkuminoid, flavonoid ,dan minyak atsiri yang dapat merangsang sistem pertahanan tubuh non spesifik, sebagian besar senyawa tersebut akan bekerja sebagai mitogen yang dapat meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas, sel-sel seperti makrofag, netrofil, granulosit, limfosit T maupun B.
Menurut Nisahanta et al. (2002), sel darah putih berfungsi mengenali dan melawan mikroorganisme pada reaksi imun dan membantu proses peradangan dan penyembuhan. Pemberian temulawak dapat meningkatkan tanggap kebal nonspesifik dengan meningkatnya total leukosit (Plummer et al., 2001). Peningkatan ini dikarenakan kandungan zat aktif kurkumin dan minyak atsiri pada temu lawak yang berguna sebagai antiinflamasi, antimikroba, antibakteri, dan antioksidan.
Sari temulawak dapat ditambahkan pada madu,susu atau coklat untuk mendapatkan manfaat sinergi. Selain itu, juga dapat dibuat sebagai sediaaninstan, yaitu sari temulawak ditambahkan dengan gula. Sediaan lain yang banyak digunakan adalahekstrak kapsul temulawak. Serbuk simplisia temulawak juga digunakan dalam jamu serbuk dengan cara pemakaian diseduh pada 1 gelas air.
oleh : Dr. Kintoko MSc Apt
Peneliti Herbal Staf Farmasi UAD, Kepala Sentra HKI & PBT UAD dan General Manajer Apotek 3P
Diambil dari Koran Republika (Jawa Tengah dan DIY) edisi Kamis 12 April 2018 / 25 Rajab 1439 H